Kita tidak bisa menutup mata bahwa tren pacaran sudah merupakan suatu
gaya hidup, baik ABG maupun orang yang sudah tidak ABG lagi (tapi yang
masih single loh, kalau yangg sudah punya pasangan hidup, namanya
selingkuh), karena imej pacaran sudah menukik tajam sebagai sebuah
gengsi, khususnya ABG yang mulai mengalami pertumbuhan sekunder dalam
organ biologisnya, sudah ada rasa tertarik terhadap lawan jenis, maka
timbulah rasa dan jika saling suka akan berimbas ke pacaran.
Mungkin kalau dulu, orang tua masih bisa mengontrol anak untuk tidak
berpacaran, dan anak jaman dulu lebih penurut, namun saat ini,
ditengah gempuran berbagai tontonan dan informasi yang melazimkan
hubungan antar lawan jenis itu, dan sikap orang tua yang lebih
permissif, mau tidak mau berpacaran menjadi hal yang lumrah, meski tidak
dipungkiri masih ada orang yang berpegang teguh untuk tidak berpacaran
(salut!).
Nah, dalam melakoni suatu hubungan pacaran ini, pastilah ada bumbu-bumbu
yang menyangkut ke hal-hal syahwat, ada yang masih mampu mengontrolnya,
dan ada yang ngap-ngapan (bertahan tapi tak mampu), dan yang
dominan biasanya pihak laki-laki, meski wanitanya juga mempunyai andil
besar dalam menciptakan situasi tak kondusif ini, terus bagaimana
solusinya (ceile, solusi…serasa Dr.Boyke deh), jika pacar meminta
begituan, (begituan apaan, yang jelas dong!)
Begituan disini adalah bentuk perlakuan yang semestinya tidak dilakukan
sebelum adanya ijab kabul, kalau istilah medisnya pacaran yang tidak
sehat, nah lo, pacaran yang sehat seperti apa, pacaran yang sehat adalah
pacaran yang diisi dengan rutinitas olahraga (jogging, badminton,
futsal, dll) dan makan bersama, entah itu bubur kacang hijau, bakso
atom, rujak cingur, salad, dll yang pastinya menunjang kesehatan,
apalagi yang mbayarin pacar, pasti dijamin tambah sehat, hi hi hi. Serius mbak!
Baiklah, sebenarnya tulisan saya ini merupakan bentuk simpati saya pada
teman yang lagi terpeleset dalam jurang percintaan (mungkin kisah ini
juga banyak yang mengalaminya), dimana dia tergoda dengan rayuan pacar
dengan janji manis yang membuai, akhirnya terkoyaklah kehormatannya, dan
setelah itu, janji manis tinggal janji, habis manis sepah dibuang,
pacarnya pun meninggalkannya, meski dia mati-matian berusaha agar
hubungannya tidak diputus, karena dia merasa sudah tidak suci dan
pacarnya harus bertanggungjawab, namun itu semua tidak bisa membuka hati
sang pacar untuk kembali.
Dan beban psikologis itu sangat terlihat sampai sekarang, maka dari itu,
ini merupakan bentuk pembelajaran bagi kita untuk memiliki tameng yang
kuat saat memutuskan diri mencebur kelembah pacaran, dan memiliki
tindakan preventif untuk jangan sampai mengulang cerita pilu teman
diatas, sukur-sukur jika tidak mampu mengeremnya, lebih baik tidak usah
pacaran dulu atau kalau yang sudah siap fisik dan mental mending
langsung menikah saja.
Berikut beberapa ajian (pamungkas) ketika pacar minta begituan,
pertama, bekali diri dengan wawasan tentang kesehatan organ intim, bahwa
banyak penyakit kelamin yang mengintai khususnya dalam perilaku
freesex,
kedua, bekali diri dengan menguasai ilmu bela diri, sehingga jika pacar
minta begituan, dialihkan saja dengan latihan silat atau taekwondo
bersama,
ketiga, tidak saling mengundang hasrat, yaitu tidak melakukan kegiatan
pacaran berduaan ditempat sepi, gelap, mojok dan meraba-raba,
keempat, mengenalkan pacar ke keluarga, biasanya ini akan memacu pacar untuk lebih bertanggungjawab,
kelima, saling mengingatkan untuk tidak menjurus ke hal-hal yang tidak patut,
dan yang terakhir, bekali diri dengan lebih memahami tuntunan agama agar
tercipta rasa tanggungjawab akan diri sendiri bahwa diri ini akan
dihisab nantinya atas segala sesuatu yang pernah dilakukan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !